Polisi Tetapkan Satu Tersangka dalam Kasus Penganiayaan Anak yang Mengakibatkan Patah Kaki

Di Kecamatan Lolowau, Nias Selatan, Sumatera Utara, polisi menetapkan satu tersangka dalam kasus anak yang diduga dianiaya oleh keluarganya selama bertahun-tahun hingga kakinya patah. Tersangka berinisial D.

Berdasarkan hasil visum luar dan keterangan korban, satu orang ditetapkan tersangka dari tiga terlapor, kata Kapolres Nias Selatan, AKBP Ferry Mulyana Sunarya.

Ferry mengatakan kepada Okezone pada Rabu (29/1/2025), “Satu orang sudah ditetapkan tersangka inisial D. Hal itu berdasarkan hasil visum luar dan sesuai dengan keterangan korban (anak).”

Ferry mengatakan bahwa mereka takut ada lebih banyak tersangka, meskipun mereka masih perlu melakukan tindakan tambahan untuk membuktikan.

Menurutnya, “Betul, kemungkinan bertambah ada. Kita hanya perlu mengecek kembali terkait dengan visum korban. Keterangan korban sudah ada, tetapi kami juga perlu pembuktian.”

Sejauh ini, delapan orang telah diperiksa, termasuk tiga terlapor dan lima saksi (tetangga), termasuk kepala desa lokal.

Kisah pilu anak itu viral setelah diunggah oleh akun Facebook bernama Lider Giawa pada Minggu 26 Januari 2025. Tidak lama kemudian, Kapolres Nias Selatan langsung mengejar anak itu dan membawanya ke Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan medis dan bantuan psikologis untuk membantunya pulih.

Dalam unggahan yang tersebar luas di internet, dikatakan bahwa kakek, nenek, tante, dan bapak uda anak tersebut diduga telah menyiksa dia selama bertahun-tahun. Bapa saudaranya dan Tentenya sendiri menginjak kakinya sampai patah. Perawatan sadis diberikan setelah kakinya diinjak. Akun Facebook seorang tetangga saya bernama Lider Giawa mengunggah kisah ini, yang kemudian menjadi viral.

Akun tersebut menampilkan kondisi anak yang kakinya mengalami cedera parah dan menulis, “Ini sungguh biadab dari kecil sampai umur 10 tahun disiksa habis oleh Kakek, nenek, bapak udanya dan tentenya.”

Hal itu terungkap setelah anak itu melarikan diri dari rumah keluarganya karena tidak tahan terhadap penderitaan yang dialaminya. Selain itu, selama perjalanannya, ia bertemu dengan seorang penduduk lokal dan menceritakan keadaan pilu yang ia alami. Cerita itu juga diposting di Facebook dan menjadi viral.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *