Negara-Negara Ini Terancam Hilang dari Peta: Populasi Menyusut, Daratan Menghilang

Tantangan eksistensial kini tidak hanya melanda makhluk hidup, tapi juga negara‑nasional. Beberapa negara menghadapi risiko serius — dari pengurangan populasi hingga hilangnya daratan akibat perubahan iklim — yang bisa membuat keberadaan mereka sebagai entitas politik‑geografis terancam.


Dua Jalur Ancaman Utama

  1. Populasi yang menyusut dan menua
    Negara‑negara seperti China, Japan, dan South Korea mengalami laju fertilitas yang sangat rendah, populasi usia kerja menurun, dan beban pensiun yang meningkat, yang dapat mengganggu struktur ekonomi dan sosialnya. AP News+1

  2. Daratan yang terancam tenggelam
    Beberapa negara kepulauan dan atol di Pasifik dan Samudra Hindia — seperti Tuvalu, Kiribati, dan Maldives — menghadapi kenaikan permukaan laut, erosi, dan intrusi air asin yang mengancam keberlangsungan wilayah daratannya. JAIN College – JAIN Group Initiative+3Upstox – Online Stock and Share Trading+3The Times of India+3


Contoh Negara‑Terancam

1. Tuvalu

https://cdn.cnn.com/cnn/interactive/2019/05/world/tuvalu-climate-change-cnnphotos/media/01.jpg
https://assets.weforum.org/editor/9AwxqZ6XI-nKN5Hsx0Xq8r725d6UQiUmVXlCYqz6Cfg.jpg
https://cdn.britannica.com/65/196865-050-485840CA/view-Funafuti-Atoll-Tuvalu.jpg
6
  • Negara kecil di tengah Pasifik ini memiliki elevasi rata‑rata hanya sekitar 2 meter di atas permukaan laut. Reuters+1

  • Menurut penelitian, dengan kenaikan air laut sekitar 1 meter saja, hingga 50 % wilayah utama di ibu kota Funafuti bisa terendam pada 2050. National Geographic+1

  • Penduduknya telah mulai mengajukan program migrasi iklim ke Australia sebagai langkah antisipasi — tanda bahwa negara ini mempertimbangkan masa depan “tanpa tanah”. Reuters

2. Kiribati

https://nbcnews.shorthandstories.com/disappearing-islands-climate-change/assets/7vZ868JGON/east-island-2500x1730.jpeg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c7/Impacts_of_coastal_erosion_and_drought_on_coconut_palms_in_Eita%2C_Tarawa%2C_Kiribati.JPG
https://devpolicy.org/wp-content/uploads/2016/01/Kiribati-Ellsmoor.jpg
6
  • Terdiri dari 33 atol dan pulau karang di Pasifik Tengah, Kiribati telah membeli lahan di negara tetangga sebagai rencana darurat jika wilayahnya tak lagi layak huni. The Times of India+2Wikipedia+2

  • Tanah rendah dan begitu rentan terhadap kenaikan air laut dan intrusi air laut ke air tawar. The Times of India+1

3. China (dan negara‑sejenis)

https://www.piie.com/sites/default/files/2024-01/2024-01-18-kirkegaard-twitter.png
https://graphics.reuters.com/ASIA-POPULATION/CHINA-STATS/zdpxndxewpx/chart.png
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8d/Population_pyramid_of_Japan_from_2020_to_2100.gif
6
  • China melaporkan penurunan populasi untuk tahun ketiga berturut‑turut hingga 2024. AP News

  • Fertilitas di banyak negara Asia Timur telah jatuh ke tingkat salah satu yang terendah di dunia. Anadolu Ajansı

  • Penurunan populasi usia kerja dan peningkatan rasio usia lanjut punya implikasi berat terhadap pertumbuhan ekonomi, sistem kesehatan, serta dinamika sosial.


Mengapa Ini Penting

  • Eksistensi Negara & Identitas: Untuk banyak negara kepulauan, ‘daratan’ bukan sekadar geografi — ia memuat identitas, sejarah, komunitas. Jika daratan hilang, identitas itu bisa ikut menguap. (contoh Tuvalu)

  • Ekonomi & Pembangunan: Populasi yang menyusut dan menua artinya beban lebih besar pada yang muda, potensi produktif menurun, dan risiko stagnasi ekonomi meningkat.

  • Keamanan Global & Migrasi: Negara terancam bisa jadi ‘negara tanpa tanah’ atau mengalami migrasi massal karena hilangnya wilayah — memunculkan tantangan geopolitik dan kemanusiaan.


Apa yang Bisa Dilakukan

  • Adaptasi Iklim & Infrastruktur: Negara‑kepulauan perlu investasi besar di pertahanan pantai, pembangunan daratan buatan, relokasi terencana.

  • Kebijakan Demografis: Negara dengan populasi menurun butuh kebijakan pro‑keluarga, imigrasi terukur, peningkatan produktivitas.

  • Kerjasama Internasional: Karena sebagian besar faktor (misalnya perubahan iklim) bersifat global, kolaborasi antarnegara, pendanaan iklim, dan kerangka hukum baru perlu dibangun.


Kesimpulan

Ancaman bagi negara‑negara ini bukan semata‑mata hipotetis — mereka menghadapi risiko nyata: hilangnya daratan, turunnya populasi, bahkan kemungkinan menjadi “negara tanpa rakyat atau tanpa tanah”. Predikat “terancam punah” mungkin terasa dramatis, namun secara struktural — baik bahwa negara itu kehilangan tanah atau kehilangan manusia — realitas itu sedang dibentuk.
Ke depan, konsistensi dalam mitigasi iklim dan kebijakan demografi yang tangguh akan menjadi kunci apakah kita akan menyaksikan negara yang benar‑benar hilang dari peta atau berhasil bertahan dan beradaptasi.