Laporan intelijen terbaru mengungkap bahwa Iran secara sistematis memperkuat kemampuan rudalnya dengan dukungan dari China, meskipun di bawah tekanan sanksi internasional yang ketat. Kerjasama militer ini dianggap sebagai salah satu langkah strategis penting di tengah ketegangan global yang meningkat di kawasan. The Jerusalem Post+2ynetglobal+2
Pasokan bahan penting dan jejak kerjasama
Menurut investigasi media seperti CNN dan sejumlah sumber intelijen Eropa, Iran telah mengimpor sekitar 2.000 ton natrium perklorat (sodium perchlorate) dari China setelah sanksi PBB kembali aktif pada akhir September 2025. Komponen ini penting untuk membuat bahan bakar roket berbahan padat yang digunakan dalam rudal balistik. www.israelhayom.com+2ynetglobal+2
Meskipun pengiriman tersebut diklaim sebagai legal oleh perusahaan pengiriman China—karena natrium perklorat belum masuk daftar larangan yang sangat ketat—para analis menilai tindakan ini sebagai cara memutar sanksi dan mempercepat pemulihan kemampuan rudal Iran. ynetglobal
Mengapa ini menjadi perhatian dunia?
Kemampuan rudal balistik memungkinkan Iran memiliki kapasitas menekan negara‑tetangga dan mengubah keseimbangan strategis di kawasan. Menurut satu pakar, pasokan 2.000 ton bahan bakar rudal cukup untuk memproduksi sekitar 500 rudal balistik. ynetglobal
Di sisi lain, Iran pernah mengalami kerusakan besar pada fasilitas rudalnya akibat serangan negara lain. Namun kini terlihat upaya pemulihan yang cepat. One satellite imagery analysis menunjukkan bahwa Iran mulai merekonstruksi beberapa situs produksi rudal yang sempat diserang. Yahoo
Motif Iran dan China
Bagi Iran, memperkuat persenjataan rudalnya bukan hanya soal pertahanan, tetapi juga sebagai alat tawar dalam diplomasi nuklir dan regional. Setelah konflik dengan Israel, Tehran seakan menyiapkan diri untuk skenario lebih luas.
Sementara China—meskipun secara resmi menyatakan menegakkan kontrol ekspor barang dual‑use (barang yang bisa digunakan untuk militer dan sipil)—dituduh oleh banyak pihak membantu Iran melalui “celah” regulasi. RealClearDefense
Implikasi untuk keamanan regional dan internasional
Kerjasama Iran‑China ini memunculkan sejumlah dampak serius:
- 
Negara‑negara Timur Tengah lainnya akan semakin khawatir soal eskalasi persenjataan. 
- 
Upaya non‑proliferasi senjata balistik yang telah dibangun oleh PBB menjadi diuji ulang. 
- 
Kemungkinan sanksi tambahan atau tindakan diplomatik lebih keras terhadap Iran dan entitas yang terlibat. 
 Analis menyebut bahwa jika Iran berhasil memproduksi rudal dalam jumlah besar, maka ini akan menjadi ancaman bagi stabilitas regional. New York Post
Respons komunitas internasional
Sejumlah negara barat, khususnya AS dan negara sekutunya, telah mengangkat isu ini ke forum internasional dan memperingatkan China serta Iran agar tidak melewati batas sanksi. Namun hingga saat ini, belum ada langkah konkret besar yang menyetujui intervensi militer atau sanksi baru yang menyeluruh.
Selain itu, lembaga pengawas seperti International Atomic Energy Agency (IAEA) mencatat bahwa meskipun fokus utama mereka adalah program nuklir Iran, perkembangan rudal ini menambah kompleksitas pengawasan. CSIS
Kesimpulan
Kerjasama militer rahasia antara Iran dan China dalam memperkuat program rudal Iran menjadi salah satu isu paling mendesak dalam keamanan global saat ini. Dengan memasok bahan bakar rudal dalam volume besar melalui jalur yang rumit dan memanfaatkan celah regulasi, Iran nampak bersiap menghadapi skenario konflik yang lebih luas. Sementara China berada di persimpangan: pernyataan resmi menunjukkan kepatuhan terhadap regulasi internasional, namun praktiknya menunjukkan dukungan kuat terhadap mitra strategisnya.
Jika tidak ada respons efektif dari komunitas internasional, maka peluang eskalasi persenjataan dan konflik regional bisa semakin besar. Pengawasan ketat, diplomasi aktif, serta upaya memperkuat mekanisme non‑proliferasi menjadi semakin penting. Dunia kini menyaksikan bagaimana dua negara dengan kepentingan strategis besar ini bergerak di batas kebijakan dan keamanan global.

