Trump Izinkan Mamdani Menyebutnya Fasis: Silakan Saja

Washington D.C. — Dalam sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan, mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberikan respons santai terkait kritik tajam yang dilontarkan oleh intelektual dan akademisi terkenal, Mahmood Mamdani. Mamdani sebelumnya menyebut Trump dengan istilah “fasis” dalam sejumlah tulisan dan wawancara yang menyentuh kebijakan kontroversial Trump selama masa jabatannya. Trump justru menanggapi dengan santai dan terbuka, mengatakan, “Silakan saja.

Latar Belakang Kontroversi

Mahmood Mamdani, seorang profesor ilmu politik dan pakar isu kolonialisme serta politik global, dalam berbagai kesempatan mengkritik keras gaya kepemimpinan Trump yang menurutnya otoriter dan mengarah pada praktik-praktik fasisme. Pernyataan Mamdani mendapat perhatian luas di kalangan akademisi dan media internasional.

Dalam wawancara dengan The Guardian pada bulan lalu, Mamdani menyatakan, “Apa yang dilakukan Trump selama masa jabatannya jelas menunjukkan ciri-ciri fasisme, terutama dalam hal penggunaan kekuasaan secara otoriter dan penindasan terhadap oposisi.” (The Guardian, 2025).

Respons Donald Trump

Menanggapi tudingan tersebut, Trump justru bersikap santai dan terkesan tidak terganggu. Dalam sebuah acara yang disiarkan secara langsung dari kediamannya di Florida, Trump berkata, “Mamdani ingin menyebut saya fasis? Silakan saja. Saya lebih peduli pada apa yang rakyat Amerika pikirkan daripada opini orang yang tidak saya kenal.” (Fox News, 2025).

Pernyataan ini mencerminkan gaya khas Trump yang blak-blakan dan tidak segan menghadapi kritik dengan nada santai atau bahkan menantang.

Reaksi Publik dan Pakar

Respon publik terhadap sikap Trump ini beragam. Pendukungnya melihat ini sebagai tanda kekuatan dan ketegasan, sementara pengkritik menganggapnya sebagai bukti kurangnya kesadaran akan dampak kritik serius terhadap demokrasi.

Ahli ilmu politik dari Universitas Harvard, Dr. Lisa Thompson, berkomentar, “Respons Trump ini konsisten dengan gaya komunikasinya yang kontroversial, tapi juga menunjukkan ketidakmampuan untuk secara langsung menghadapi tuduhan serius yang menyangkut prinsip-prinsip demokrasi.”

Sementara itu, Mamdani dalam kesempatan lain mengatakan, “Istilah fasis bukan sekadar hinaan, tapi refleksi dari analisis terhadap perilaku dan kebijakan yang mengekang kebebasan serta memperkuat otoritarianisme.” (Al Jazeera, 2025).

Implikasi Politik

Pernyataan Trump yang terkesan ‘cuek’ terhadap tuduhan fasisme ini menambah lapisan kompleks dalam perdebatan politik Amerika, terutama di tengah persiapan pemilihan umum mendatang. Hal ini juga memicu diskusi tentang batas toleransi terhadap gaya kepemimpinan yang kontroversial dan bagaimana masyarakat menilai para pemimpinnya.

Kesimpulan

Kasus ini menggambarkan dinamika politik dan budaya di Amerika Serikat yang semakin terpolarisasi, di mana kritik tajam dan respons blak-blakan menjadi bagian dari wacana publik. Sikap santai Trump menghadapi tudingan serius dari Mamdani menjadi salah satu contoh bagaimana politik modern dipengaruhi oleh komunikasi yang cepat dan penuh ketegangan.