Setahun Tragedi Jeju Air, Investigasi Belum Tuntas

Setahun setelah tragedi Jeju Air yang menewaskan 179 nyawa, investigasi resmi masih belum tuntas, keluarga korban marah karena kurangnya transparansi, sementara parlemen Korea Selatan memulai penyelidikan independen untuk mencari kebenaran lengkap.


Setahun Tragedi Jeju Air, Investigasi Belum Tuntas

Jakarta — Setahun berlalu sejak Jeju Air Flight 2216 jatuh di Muan International Airport, Korea Selatan pada 29 Desember 2024, dan tragedi itu masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Meski sudah lewat satu tahun sejak kecelakaan terbesar dalam sejarah penerbangan Korea Selatan yang menewaskan 179 orang dari 181 di pesawat, laporan resmi dan transparansi investigasi terus tertunda, memicu frustrasi keluarga korban dan publik. Reuters


Apa yang Terjadi pada 29 Desember 2024

Jeju Air Flight 2216, sebuah Boeing 737‑800 yang membawa 175 penumpang dan 6 kru, mengalami kecelakaan saat mendarat darurat di bandara Muan setelah melaporkan kemungkinan bird strike (tabrakan dengan burung) saat pendekatan akhir. Pesawat melakukan pendaratan perut (belly landing), tergelincir melewati ujung landasan, menabrak struktur beton dan meledak. Hanya dua awak kabin yang selamat. Wikipedia

Investigasi awal oleh Aviation and Railway Accident Investigation Board (ARAIB) menemukan bukti awal bahwa kedua mesin mengalami kerusakan akibat bird strike, dan potensi kesalahan pilot dalam menonaktifkan mesin yang masih berfungsi mungkin memperparah situasi. Wikipedia


Kenapa Investigasi Belum Selesai Setahun Kemudian

1. Laporan Interim Ditunda oleh Pemerintah

Penyelidikan resmi ARAIB belum menerbitkan laporan interim yang seharusnya dirilis pada ulang tahun ke‑1 kejadian sesuai dengan aturan ICAO — yaitu pembaruan publik tentang progres penyelidikan dan isu keselamatan penting. Keterlambatan ini menjadikan proses investigasi semakin gelap dan mempertanyakan kredibilitas badan investigasi. Reuters

ARAIB sendiri menyebut keterlambatan itu terkait dengan legislatif yang masih diproses guna memperkuat independensi institusinya, termasuk potensi pengalihan kewenangan dari Kementerian Transportasi ke kantor Perdana Menteri. Reuters

2. Tuduhan Kurangnya Transparansi dan Konflik Kepentingan

Keluarga korban dan publik menilai penyelidikan resmi terlalu berfokus pada kesalahan pilot dan mengabaikan faktor lain seperti infrastruktur bandara sendiri — terutama struktur beton di ujung landasan yang tidak memenuhi standar “frangible” internasional (mudah runtuh saat terkena tabrakan), yang justru bisa memperparah efek tabrakan. Reuters

Selain itu, fakta bahwa ARAIB berada di bawah kementerian yang juga bertanggung jawab pada keselamatan operasional bandara dianggap menciptakan konflik kepentingan dalam penilaian independen. AGN

3. Aksi Hukum dan Penggeledahan Dokumen

Kepolisian Korea Selatan bahkan melakukan penggeledahan terhadap kantor ARAIB untuk mendapatkan file investigasi yang tidak diberikan secara sukarela, menandakan berlanjutnya penyelidikan pidana terhadap pihak yang mungkin bertanggung jawab atas kecelakaan dan prosesnya. Korea Joongang Daily


Respon Politik: Parlemen Masuk ke Permainan

Menanggapi protes keluarga dan kritik publik, Majelis Nasional Korea Selatan membentuk komite penyelidikan independen lintas partai pada Desember 2025 untuk memeriksa penyebab tragedi dan kemungkinan adanya upaya penutupan fakta dalam proses penyelidikan resmi. Komite ini beranggotakan 18 legislator dari partai mayoritas dan oposisi dan dijadwalkan bekerja setidaknya 40 hari, dengan kemungkinan perpanjangan. AeroTime

Penyelidikan parlemen ini akan melihat kembali semua faktor — dari bird strike, mekanisme pesawat, desain infrastruktur bandara, sampai apakah pihak berwenang terlalu cepat menyimpulkan penyebab tanpa menangani semua bukti yang relevan. AeroTime


Masih Ada Pertanyaan yang Belum Terjawab

Sejumlah aspek penting kecelakaan masih belum jelas publik:

  • Mengapa sistem pendaratan otomatis dan manual gagal mencegah kecelakaan?

  • Apakah ada faktor perawatan atau desain pesawat yang turut berkontribusi?

  • Seberapa besar peran infrastruktur bandara yang tidak memenuhi standar internasional?

  • Apakah ada upaya pelemahan data atau bukti dalam penyelidikan awal?

Tanpa laporan komprehensif yang dirilis oleh otoritas investigasi, pertanyaan‑pertanyaan ini tetap membuka ruang untuk spekulasi dan ketidakpuasan keluarga korban dan publik. South China Morning Post


Kesimpulan

Setahun setelah tragedi Jeju Air, bukan hanya rasa duka yang masih terasa, tapi juga kekecewaan terhadap jalannya proses investigasi. Seluruh dunia penerbangan mewajibkan proses yang transparan, independen, dan menyeluruh untuk mencegah tragedi serupa terjadi lagi di masa depan. Namun, tanpa laporan resmi yang jelas atau penyelesaian investigasi yang kredibel, banyak pihak mempertanyakan apakah keadilan dan pembelajaran dari tragedi ini benar‑benar akan terwujud. Reuters