Sejumlah laporan internasional dan lokal menyebutkan bahwa serangan Israel terhadap target di Jalur Gaza dan operasi militer di Tepi Barat terus berlanjut meski telah ada gencatan senjata yang mulai diberlakukan pada 10 Oktober 2025. Bentrokan dan serangan yang intensif selama beberapa pekan terakhir memicu puluhan hingga ratusan korban jiwa, memperburuk kondisi kemanusiaan, dan menimbulkan kecaman dari lembaga hak asasi serta organisasi kemanusiaan. Reuters+1
Apa yang terjadi: serangkaian serangan pasca-gencatan
Sejak gencatan yang dimediasi AS dan pihak lain, insiden-insiden tembakan dan serangan balasan dilaporkan hampir setiap hari. Media internasional melaporkan gelombang serangan udara Israel yang menewaskan puluhan warga Palestina di beberapa lokasi Gaza, terutama di sekitar Khan Younis dan bagian selatan jalur itu; otoritas medis di Gaza menyatakan ratusan orang telah tewas sejak gencatan mulai berlaku. Israel menyatakan serangan itu sebagai respons terhadap dugaan penembakan atau ancaman dari kelompok bersenjata di Gaza. Reuters+1
Korban dan dampak kemanusiaan
Laporan rumah sakit dan badan kesehatan setempat menyatakan banyak warga sipil menjadi korban—termasuk anak-anak dan perempuan—serta serangan yang menghantam area permukiman dan tempat penampungan pengungsi. UNRWA dan badan kemanusiaan lain memperingatkan bahwa terus berlanjutnya serangan mengancam suplai bantuan, keamanan warga yang mengungsi, dan akses ke layanan medis dasar. Laporan situasi terbaru oleh UNRWA dan organisasi kemanusiaan mendokumentasikan lusinan insiden yang dianggap pelanggaran gencatan. unrwa.org+1
Klaim Israel dan bantahan pihak Palestina
Militer Israel mengatakan sebagian serangan merupakan pembalasan atas tembakan atau aksi militan yang menargetkan pasukan Israel, atau upaya mencegah ancaman, dan menegaskan akan menindaklanjuti setiap pelanggaran gencatan. Sementara itu, Hamas dan otoritas kesehatan di Gaza membantah beberapa klaim Israel terkait serangan yang dipakai sebagai pembenaran ofensif, dan mengutuk serangan yang menewaskan warga sipil sebagai pembantaian. Kedua belah pihak saling tuding, membuat verifikasi independen menjadi sulit di beberapa peristiwa. The Times of Israel+1
Kekerasan di Tepi Barat: razia, penembakan, dan penggusuran
Di Tepi Barat (West Bank), kekerasan meningkat dengan operasi razia malam oleh pasukan Israel di kota-kota seperti Ramallah dan permukiman-permukiman yang dikuasai milisi lokal. Reuters dan organisasi hak asasi melaporkan sejumlah orang Palestina tewas dalam serangan dan penembakan di wilayah pendudukan, sementara laporan lain mengungkapkan tindakan pembongkaran rumah dan pemindahan paksa penduduk di kamp-kamp pengungsi, yang dinilai beberapa organisasi sebagai pelanggaran hukum humaniter. Human Rights Watch menyatakan tindakan pembersihan kamp pengungsi dan pemindahan warga berpotensi masuk kategori pelanggaran serius. Reuters+1
Reaksi internasional dan diplomasi
Kecaman internasional mengalir dari sejumlah negara dan organisasi internasional. PBB, badan bantuan, dan kelompok HAM menyerukan penyelidikan atas insiden yang menewaskan sipil dan mendesak semua pihak menahan diri. Beberapa negara regional juga memperingatkan potensi eskalasi yang lebih luas—termasuk ketegangan di perbatasan Lebanon—karena Israel beberapa kali melakukan serangan lintas-sektor yang juga melibatkan sasaran di selatan Lebanon. Le Monde.fr+1
Kenapa gencatan tampak rapuh
Analisis pakar dan laporan lapangan menunjukkan beberapa alasan mengapa gencatan sulit dipertahankan:
-
Sumber provokasi lokal: aksi-aksi gerilya atau penembakan sporadis dari kelompok bersenjata yang diklaim Israel sebagai ancaman, memicu respons militer. Reuters
-
Kepentingan politik domestik: tekanan politik dalam negeri Israel dan dinamika faksi-faksi bersenjata di Gaza membuat komitmen jangka panjang terhadap gencatan rentan. The Guardian
-
Kurangnya mekanisme penegakan: meskipun ada perantara internasional, tidak ada mekanisme pengawasan independen yang kuat untuk memverifikasi dan menindaklanjuti pelanggaran kecil sebelum membesar menjadi eskalasi terbuka. unrwa.org
Potensi trajectory: risiko eskalasi dan implikasi kemanusiaan
Jika serangan berlanjut, risiko eskalasi meluas—baik di Gaza sendiri maupun ke wilayah-wilayah perbatasan seperti Lebanon—yang berpotensi memicu krisis kemanusiaan lebih dalam. Organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa ratusan ribu pengungsi yang sudah rentan akan semakin bergantung pada bantuan yang terhambat, sementara infrastruktur kesehatan dan pendidikan yang rapuh bisa runtuh total bila konflik tidak segera dikendalikan. unrwa.org+1
Kesimpulan
Meskipun ada kesepakatan gencatan senjata sejak 10 Oktober 2025, realitas di lapangan menunjukkan periode yang rapuh dengan pelanggaran hampir harian—serangan udara dan operasi darat di Gaza serta razia dan penembakan di Tepi Barat—yang terus menimbulkan korban sipil dan memperparah krisis kemanusiaan. Upaya diplomatik dan mekanisme pengawasan independen yang efektif dianggap kunci untuk menghentikan pelanggaran dan mencegah eskalasi lebih jauh. Reuters+2Reuters+2