Korban Banjir Sri Lanka Meningkat, 334 Tewas dan 400 Hilang

Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Sri Lanka pada akhir November 2025 terus menelan korban jiwa dan menimbulkan kekhawatiran besar. Hingga laporan terbaru, jumlah korban meninggal dunia mencapai 334 orang, sementara sekitar 400 penduduk masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian tim penyelamat.


Kronologi dan Penyebab Banjir

Banjir besar ini dipicu oleh curah hujan ekstrem yang berlangsung selama beberapa hari berturut-turut, terutama di wilayah pegunungan dan dataran rendah bagian tengah dan selatan Sri Lanka. Curah hujan mencapai lebih dari 300 mm dalam waktu 72 jam, menyebabkan sungai-sungai meluap dan memicu longsor yang menghancurkan pemukiman warga.

Fenomena La Niña dan perubahan iklim menjadi faktor yang memperparah intensitas hujan serta bencana banjir ini.


Dampak dan Korban

Badan Penanggulangan Bencana Nasional Sri Lanka (Disaster Management Centre/DMC) melaporkan:

  • 334 korban meninggal dunia akibat banjir dan longsor.

  • 400 orang masih hilang dan dalam proses pencarian oleh tim SAR gabungan.

  • Ribuan rumah terendam dan ribuan warga mengungsi ke tempat pengungsian.

  • Kerusakan berat pada infrastruktur jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya.


Upaya Penyelamatan dan Bantuan

Pemerintah Sri Lanka mengerahkan militer, polisi, dan relawan untuk melakukan evakuasi serta pencarian korban yang hilang. Bantuan logistik berupa makanan, air bersih, dan obat-obatan didistribusikan secara masif ke daerah terdampak.

Kepala Disaster Management Centre, Anura Perera, menyatakan:
“Kondisi medan yang berat dan cuaca yang masih tidak menentu menjadi tantangan utama. Kami berupaya semaksimal mungkin menyelamatkan korban dan membantu para pengungsi.”
(dmc.gov.lk)


Dampak Jangka Panjang

Selain korban jiwa, bencana ini berdampak besar pada sektor pertanian dan perikanan yang merupakan sumber penghidupan utama masyarakat setempat. Pemerintah telah mengumumkan rencana pemulihan infrastruktur dan peningkatan mitigasi bencana untuk mencegah kejadian serupa.

Tantangan dalam Penanganan Bencana

Penanganan bencana banjir di Sri Lanka menghadapi berbagai kendala, mulai dari medan yang sulit dijangkau hingga cuaca yang masih belum bersahabat. Banyak wilayah terdampak berupa daerah pegunungan dengan akses jalan yang terputus akibat longsor. Hal ini memperlambat distribusi bantuan dan proses evakuasi korban.

Selain itu, minimnya sarana komunikasi di beberapa desa membuat koordinasi penyelamatan menjadi lebih rumit. Tim SAR harus mengandalkan helikopter dan perahu karet untuk menjangkau lokasi yang paling parah terdampak.


Peran Komunitas dan Relawan

Selain upaya resmi pemerintah, komunitas lokal dan relawan memegang peran penting dalam memberikan bantuan darurat. Mereka membantu mendirikan posko pengungsian, menyediakan makanan dan obat-obatan, serta membantu evakuasi warga lanjut usia dan anak-anak.

Organisasi kemanusiaan internasional seperti Palang Merah, UNICEF, dan World Food Programme turut terlibat aktif menyalurkan bantuan dan mendukung program pemulihan jangka panjang.


Pentingnya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Bencana ini menjadi peringatan keras tentang dampak nyata perubahan iklim yang semakin ekstrem. Pemerintah Sri Lanka dan negara-negara lain di kawasan Asia Selatan didorong untuk memperkuat strategi mitigasi dan adaptasi iklim, seperti memperbaiki sistem drainase, memperketat pengelolaan lahan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko bencana.


Harapan Pemulihan dan Solidaritas Internasional

Sejumlah negara tetangga dan lembaga donor telah menyatakan kesiapannya untuk membantu Sri Lanka melalui dukungan dana dan teknis. Solidaritas internasional sangat dibutuhkan agar pemulihan dapat berjalan cepat dan warga yang terdampak dapat kembali beraktivitas secara normal.



Kesimpulan

Banjir Sri Lanka yang menyebabkan 334 korban meninggal dan 400 hilang merupakan tragedi besar yang membutuhkan perhatian internasional. Upaya evakuasi dan bantuan terus digalakkan, sekaligus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi perubahan iklim dan bencana alam.